Oktober 3, 2024

Kuasa Hukum Abdul Fatah Pasolo Laporkan AR ke Polda Metro Jaya Atas Dugaan Penganiayaan Terhadap Hermawan Ngabalin di Kantor Kadin

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com – Pengacara Abdul Fatah Pasolo, SH, LL.M mendatangi Polda Metro Jaya guna melaporkan kasus penganiayaan yang diduga dilakukan oleh salah satu ormas  terhadap korban Hermawan Ngabalin, pada Senin (16/9/2024) malam di Kantor Kadin Pusat, Kelapa Gading, Jakarta. Laporan itu langsung diterima Polda Metro Jaya, pada Rabu (18/9/2024).

Abdul Fatah Pasolo yang datang bersama korban bernama Hermawan Ngabalin ke Polda Metro Jaya, menjelaskan duduk perkara. Sebagaimana berita yang tengah mencuat di media sosial dan media elektronik saat ini, bahwa Umar Ohoitenan telah memukul Ormas Abdul Fatah Pasolo membantah keras pernyataan dan berita tersebut”Saya tegaskan, itu hoaks, tidak benar,” tutur Abdul Pasolo di Polda Metro.

Lebih jauh, Abdul Fatah Pasolo, mengatakan, “Malam ini saya selaku kuasa hukum dari korban bernama Hermawan Ngabalin membuat laporan polisi di Polda Metro Jaya dan sudah mendapatkan tanda terima laporannya, terkait dengan dugaan tindak pidana penganiayaan yang diduga dilakukan oleh AR dan kawan-kawan dan orang suruhannya pada 16 September 2024, pada Senin malam yang lalu, kurang lebih pukul 11 malam atau pukul 23.00 WIB.

Pasolo pada kesempatan ini menjelaskan, pada malam kejadian, korban Hermawan Ngabalin mendampingi Umar Ohoitenan, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Umar Key, datang ke Kantor Kadin Pusat di Kelapa Gading karena Umar ditelpon pemilik gedung berinisial  T , Umar datang bersama istri dan anaknya yang baru berusia satu bulan.

Karena dengan istrinya mau keluar rumah, maka Umar didampingi oleh korban dan ada beberapa teman.
Sesampainya di Kantor Kadin, Umar bertemu dengan Inisial T , yang meminta konfirmasi tentang kehadiran orang-orang berkulit hitam di Kantor Kadin, entah mereka itu orang-orang dari Umar atau bukan.

Umar datang ke sana untuk memastikan siapa orang-orang tersebut, Ternyata mereka bukan orang-orangnya Umar. Umar Ohoitenan pun langsung bertemu mereka, yang ternyata adalah sekurity dan beberapa orang Timor. Umar komunikasi dengan mereka, bertanya apa sehingga mereka kumpul disitu yang membuat pemilik gedung merasa tidak nyaman.

Mereka menyampaikan bahwa adanya dualisme kepemimpinan dalam kepengurusan Kadin membuat mereka khawatir kalau kontraknya diputus. Padahal kontrak mereka baru berakhir pada 2025. “Keinginan kami kontrak kami jangan diputus, hanya itu permintaan kami,” kata mereka kepada Umar.

Umar pun langsung naik ke lantai 29 untuk bertemu inisial T, pemilik gedung.
“Bang, itu anak-anak Timor, orang-orang kita juga, mereka punya piring makan disini dan kontrak mereka, katanya, sampai 2025. Mohon abang pertimbangkan agar kontrak mereka jangan diputus agar bisa bekerja sampai kontrak tersebut selesai,” jelas Umar.

“Hanya itu saja permintaan mereka? Bukan cuma 2025, saya akan tambahkan masa kontraknya sampai 2026,” jawab Inisial T kepada Umar.

Setelah itu, Umar kembali bertemu  dengan teman-teman Security Outsourcing tersebut dan menyampaikan keterangan Inisial T. Masalah pun selesai.

Di saat itulah tiba-tiba datang AR dan orang-orangnya. Informasi dari korban dan teman-temannya, mereka sekitar 50 orang, yang ikut nimbrung dalam pertemuan tersebut

Saat itu, posisi Umar adalah sebagai pihak yang mencari solusi terhadap masalah antara pihak Security Outsourcing dengan pihak pengelola gedung. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah dualisme kepemimpinan Kadin.

AR memperkenalkan diri sebagai Sekjen salah satu organisasi, Selama ini Umar Ohoitenan baik selalu pribadi maupun sebagai Ketua Umum Front Pemuda Muslim Maluku (FPMM) selalu berhubungan baik dengan Ormas tersebut.

“Jujur saja, Bang Umar tidak kenal dengan Sekjen Pemuda Pancasila Pak AR. Kalau beliau kenal pasti komunikasinya baik. Selama ini beliau itu berkomunikasi dengan berbagai ormas sangat baik. Saya mengklarifikasi lagi bahwa apa yang disampaikan oleh Pak AR melalui pemberitaan di media sosial dan elektronik, bahwa beliau dipukul oleh Bang Umar Key. Saya tegaskan bahwa itu Hoax. Bang Umar sedikitpun tidak menyentuh beliau. Kita hargai apa yang disampaikan AR, Ada memang ribut-ribut akibat salah paham. Itu normal saja, tapi saya pastikan tidak ada penganiayaan,” jelas Abdul Fatah Pasolo.

Pasolo mengatakan, sejak awal ribut-ribut hingga selesai, Arif dan Umar berada dalam satu ruangan yang sama, yaitu ruang pertemuan (meeting room), sehingga kalau terjadi penganiayaan, mungkin AR sudah babak belur, Nyatanya tidak.

Pasolo datang ke Polda untuk melaporkan telah terjadi penganiayaan terhadap korban Hermawan Ngabalin oleh AR dan orang suruhannya. Saat keributan, AR menyuruh anak buahnya memanggil teman-temannya yang tengah berada di bawah. “Suruh anak-anak masuk, bawa parang,” perintah AR

Mereka membawa senjata tajam. Terjadilah keributan. Mereka mendobrak pintu dan mau memotong Hermawan Ngabalin. Tapi korban sempat menangkap parang dan terjadi saling tarik-menarik. Tangan Ngabalin terluka kena sabetan. Lalu, Ngabalin dipukul. Beberapa bagian tubuhnya memar. Hasil visum dokter akan diserahkan kepada penyidik. Ada video dan cctv yang bisa menjelaskan semua kejadian tersebut **(Rika)