Januari 9, 2025

DALANG KI ANTO: WAYANG ITU TATANAN, TUNTUNAN, TONTONAN

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com -Wayang memiliki filosofi yang mengandung banyak nasehat dan masukan bagi kehidupan masyarakat. Lewat lakon-lakon wayang nilai-nilai kebajikan hidup itu ditebarkan dan dihidupkan terus-menerus.

Pada HUT Bhayangkara ke-76, Polri menghadirkan pertunjukan wayang kulit di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, pada Sabtu (2/7/2022) malam dengan menghadirkan tiga sosok dalang, yang membawakan lakon “Semar Membangun Kahyangan” .

Tiga dalang memainkan lakon ini, mereka adalah Ki Anto, Ki Anom Dwijokangko, dan Ki Anom Sutrisno. digelar di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, pada Sabtu (2/7/2022) malam. Pertunjukan wayang kulit ini mendapat perhatian penuh dari warga yang datang pada kegiatan itu. Mereka haus menikmati pertunjukan wayang lagi, usai pandemi Covid-19 melandai.

Kapolri Jenderal Pol.Listyo Sigit Prabowo mengatakan, lakon ini dipilih karena Indonesia sedang menghadapi situasi ketidakpastian selama dua tahun pandemi Covid-19 dan situasi perang Rusia-Ukraina yang berpengaruh terhadap ekonomi global.

Bagi Ki Anto, salah seorang dalang yang tampil malam itu, pertunjukan wayang kulit masih sangat digemari masyarakat, karena wayang memberikan nasihat-nasihat untuk kehidupan bersama.

“Wayang itu soal tatanan, tuntunan, dan tontonan,” kata Ki Anto yang biasa disapa Yanto. Yanto adalah Direktur Pidana MA atau sekarang disebut Panitera Muda Pidana Mahkamah Agung dengan tugas melaksanakan administrasi perkara di bidang pidana.

Ketertarikannya pada dunia wayang dikarenakan dirinya mendapatkan banyak pencerahan dan kebijaksanaan dari dunia pewayangan ini. Melihat kariernya, Yanto pernah mengajar di beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa. Namun ilmu yang ditekuninya itu tak membuat hatinya lepas dari wayang.

“Suatu kemauan itu kalau ditekuni, pasti bisa. Siapa pun dia. Dulu waktu kuliah, saya tertarik menjadi ini dan itu. Asal saja ditekuni, pasti ada hasilnya. Begitu juga ketika saya tekuni dunia wayang, akhirnya jadi dalang.

Yanto mengatakan, cerita wayang itu terkait dengan soal tatanan, tontonan, tuntunan. “Jadi di wayang itu ada cerita tentang tatanan, sesuai dengan ideologi negara, negara dengan negara. Lalu, aturan yang memberi tuntunan. Dalam negara itu ada aturan. Tontonan, artinya di situ ada hiburannya juga. Ada pelawak-pelawak seperti tadi ada Marwoto dan Girun,” tuturnya.

Bukan baru saat ini dia menjadi dalang. Dulu, waktu ia selalu bermain di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), pada Anjungan Jawa Timur, Anjungan Jawa Tengah. “Saya bermain keliling. Orang panggil saya pak dalang,” ujarnya sambil tersenyum.

Dia enerjik dan penuh semangat. Selain wayang, Yanto juga pemain voli, pemain bulu tangkis, dan pemain bola, pemain tenis club.

“Acara Bhayangkara ini memang bagus sekali, apalagi orang lagi haus hiburan karena selama dua tahun pandemi Covid-19 tidak ada hiburan. Dan, wayang itu identik dengan orang kita. Cerita-cerita wayang sangat menuntun tingkah laku. Itu relevan dengan hidup kita sekarang.

Yang dimaksud dengan “membangun kahyangan”, kata Yanto, adalah membangun institusi (Polri), membangun SDM Polri dan sistemnya. “Polri punya sistem yang bagus. Sistem teknologi informasi sudah sangat bagus dan maju. Misalnya, e-tilang,” puji Yanto atau Ki Anto. * (Rika)

#MCN/RZ-HN/RED