Jakarta – MCN.com
– Menutup tahun 2022, PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk mencatatkan perolehan laba bersih yang positif mencapai Rp 3,04 triliun per 31 Desember 2022. Perolehan tersebut disumbang berkat dukungan besar pemerintah dalam mendorong penyediaan rumah rakyat yang layak huni dan terjangkau di Indonesia.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo, dalam konferensi pers di Menara Bank BTN Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Haru mengatakan peran besar pemerintah dalam mendukung perumahan rakyat serta menjaga perekonomian nasional tetap stabil menjadi pendorong bisnis perseroan. Haru menambahkan, dukungan pemerintah berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) dan peningkatan alokasi dana untuk perumahan subsidi, juga menjadi bukti nyata dukungan pemerintah untuk rumah rakyat.
“Kami terus berupaya untuk memberikan hasil terbaik di tengah situasi ekonomi yang kondusif ini. Tujuannya, agar kami dapat terus mendukung pemerintah dalam memberikan akses pembiayaan yang terjangkau dan layak huni bagi masyarakat Indonesia,” jelas Haru di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Laporan keuangan emiten bersandi saham Bank BTN ini menunjukkan laba bersih per 31 Desember 2022 senilai Rp 3,04 triliun tersebut, naik 28,15% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 2,37 triliun di periode yang sama tahun 2021. Peningkatan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan.
Haru mengatakan, capaian tersebut, tidak terlepas dari racikan strategi manajemen Bank BTN untuk berlayar di tengah kondisi pandemi. Bank BTN telah melakukan relokasi kantor sejak 2020 ke daerah potensial. Selain itu, perseroan berinovasi meluncurkan produk inovatif untuk menjawab kebutuhan pasar seperti KPR BTN Rent to Own dan KPR BTN Gaess. Selain itu, Bank BTN juga memaksimalkan lini ekosistem perumahan digital dengan berbagai aplikasi yang mudah digunakan.
Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih Bank BTN. Laporan keuangan perseroan mencatat kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53% yoy dari Rp 274,83 triliun menjadi Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022.
Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis Bank BTN. Secara total, KPR di Bank BTN tumbuh 9,23% yoy menjadi Rp 233,68 triliun per 31 Desember 2022. Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61% yoy menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, Bank BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83%.
Di samping akselerasi pada kredit, Bank BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77% yoy dari Rp 295,97 triliun menjadi Rp 321,93 triliun per 31 Desember 2022. Peningkatan DPK tersebut didorong oleh kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13% yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13% pada akhir 2021 menjadi 2,60%.
“Pertumbuhan bisnis tersahut juga diimbangi dangan panguatan modal, perbaikan kualitas serta peningkatan pencadangan, sehingga bisnis Bank BTN diharapkan terus tumbuh berkelanjutan,” tutur Haru.
Adapun, dengan adanya penambahan modal dari Pemerintah, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank BTN mencapal sebesar 16,13% atau naik 233 bps per 31 Desember 2022 Perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah (non performing loaniNPL) gross Bank BTN sebesar 32 bps yoy menjadi 3,36%. Coverage ratio Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65% per 31 Desember 2022,
Per 31 Desember 2022, Loan fo Deposit Ratio (LOR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65%. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) berada di level yang sehat sebesar 238,50%.
Sementara itu, bisnis Unit Usaha Syariah Bank BTN juga melesat hingga akhir 2022. Laba bersih BTN Syariah tersebut tercatat naik 80,12% yoy menjadi Rp 333,58 miliar per 31 Desember 2022 dari Rp185,20 miliar.
Pembiayaan Syariah tercatat tumbuh sebesar 14,79% yoy menjadi Rp 33,82 triliun dan non-performing financing (NPF) gross turun 101 bps yoy menjadi 3,31% per 31 Desember 2022. DPK BTN Syariah juga ikut menanjak di level 18,38% yoy menjadi Rp 34,64 triliun pada akhir 2022. Dengan kenaikan tersebut, aset BTN Syariah naik 18,18% yoy menjadi Rp 45,33 triliun per 31 Desember 2022. * (Rika)
More Stories
KAPAKA, Militer, dan Jigsaw: Kompetisi Menangkap Tikus di Negara Ngacoceria
Kantor Hukum Rahmat Aminudin & Rekan : Ucapkan Selamat Tahun Baru 2025
Musrenbangnas RPJM Tahun 2025-2029, Pj Gubernur Papua Barat: Masih Tinggi Ketergantungan Daerah Pada Pusat