Januari 10, 2025

JALAN PANJANG PEMBIARAN PENGUNGSI WARGA KARIU DI ABORU, MALUKU TENGAH

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com -Lambatnya penanganan masalah pengungsi akibat konflik antar Desa Ori Pelau dan Desa Kariu di Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, berdampak pada ketidaknyamanan hidup dan lumpuhnya ekonomi keluarga-keluarga pengungsi.

Merasa tidak mendapatkan solusi atas masalah pengungsi masyarakat Kariu di Desa Aboru, Maluku Tengah, selama berbulan-bulan, sebuah tim yang menamakan dirinya Tim Penanganan Masalah Konflik Kariu menghadap Ketua KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko di Jakarta. Tim terdiri dari 7 orang, dengan seorang ketua, sekretaris, saniri, pendeta, dan pejabat Desa Kariu, dan anggota diterima Moeldoko.

Moeldoko kemudian menggelar rapat koordinasi dengan menghadirkan para pihak terkait untuk mendapatkan solusi bagi nasib ratusan pengungsi yang masih bertahan di Desa Aboru, Haruku, Maluku Tengah.

Hadir dalam pertemuan itu semua stakeholder dari Maluku Tengah dan Maluku, antara lain Pangdam XVI Pattimura, Kapolda Maluku, dan Gubernur Maluku yang diwakilkan, serta Tim dari para korban (pengungsi).

Dalam pertemuan itu Bupati Maluku Tengah berjanji segera memulangkan warga Kariu yang masih berada di Aboru, sejak Januari 2022. Sebuah bentuk pembiaran, yang melanggar HAM. Pembiaran itulah yang membuat Tim Kariu harus terbang ke Jakarta menghadap Istana.

Para pengungsi itu sudah sangat kesulitan dalam hidup. Mereka sudah tidak bisa bekerja dan ekonomi rumah tangga mereka lumpuh total. Anak-anak usia sekolah tak bisa melanjutkan sekolah dan hanya bisa tinggal di pengungsian. Mereka sudah seperti mengalami jalan buntu. Pihak-pihak pemerintah terkait pun tak bergerak memikirkan bagaimana menyelesaikan konflik ini dan mengembalikan para pengungsi ke tanah adat mereka.

Keterangan soal batas tanah antara Dusun Ori, Desa Pelauw dan Desa Kariu memang sudah berlangsung lama. Dan selama itu tak menemukan titik temu, baik secara adat maupun secara pengadilan hukum negara.

Provokasi pun terjadi. Pada 26 Januari 2021 masyarakat Ori Pelauw menyerang Desa Kariu. Ratusan rumah dibakar, bersama belasan kendaraan. Saat itu ada 3 orang yang tewas dan 2 terluka, salah satunya anggota polisi. Warga Desa Kariu menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Desa Aboru.

Sayangnya konflik itu tak segera mendapatkan penyelesaikan. Buktinya, hingga hari ini masih terdapat ratusan pengungsi Kariu yang masih berada di Aboru. Mereka hidup susah dan menderitas.

Salah satu anggota tim, Josefin Werinussa, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat yang mau memperhatikan nasib pengungsi Kariu dan berkehendak baik untuk ikut mengawal pemulangan para pengungsi tersebut.

“Hari ini masyarakat Kariu masih mengungsi di negeri aboru akibat peristiwa 26 Januari 2022, yakni penyerangan secara massal, dengan senjata tajam dan senjata api oleh orang Pelau dan dusun Ori. Tapi pada penyerangan 25 Januari, itu merupakan peristiwa kriminal murni. Kami berharap polisi segera menangani masalah kriminal itu yang menyebabkan 1.243 jiwa harus mengungsi. Ini masalah kemanusiaan yang harus diperhatikan,” tutur Josefin.

Dia menyesal, mengapa sampai hari ini pemerintah daerah, yakni Gubernur Maluku dan Bupati Maluku Tengah tidak menyelesaikan masalah tersebut. Padahal sebagai warga negara, masyarakat Kariu berhak mendapatkan keadilan.

Josefin Werinussa mengatakan, hubungan persaudaraan antara Desa Pelau dan Desa Kariuw itu sudah berlangsung sejak dulu kala. Tanah yang mereka miliki itu merupakan warisan nenek moyang. Namun, Josefin memberi catatan lain. Dia heran dengan perkembangan dan perilaku anak-anak muda sekarang.

“Saya heran, pada generasi sekarang ini, nilai-nilai persaudaraan, etika, dan moral dalam masyarakat desa-desa itu bergeser. Juga nilai-nilai kerukunan antarumat beragama bisa dinodai. Ini suatu penyesalan. Saya menyesal. Sebagai anak Maluku, walau hidup di rantau, saya berharap masyarakat Pulau Haruku harus produktif agar dapat menikmati kehidupan di pulau. Untuk masyarakat Kariue tercinta, semoga Tuhan memberkati kita semua. Sudah ada jalan untuk pulang ke kampung. Mari bangun hidup baru,” tutur perempuan Kariu, Haruku itu. * (Rika)

#MCN/RZ-HN/RED