Desember 21, 2024

Gelar Lebaran Tanah Abang, Warga Terus Lestarikan Budaya Betawi

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com – Di tengah keramaian wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebagai pusat bisnis tekstil terbesar, warga asli Tanah Abang tak melupakan budaya mereka, yakni budaya Betawi.

Nuansa Betawi itu makin terasa saat warga Tanah Abang menggelar Lebaran Tanah Abang, pada Sabtu (11/5/2024). Kegiatan Lebaran Tanah Abang dilaksanakan usai Idul Fitri. Hajatan yang digelar rutin ini sudah berlangsung sekitar 8 tahun.

Ketua Panitia Lebaran Tanah Abang 2024, Fidi, mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah halalbihalal dan silaturahmi antar warga Tanah Abang. Bahkan warga yang sudah pindah ke Bogor, Tangerang, dan tempat lain, selalu datang untuk bersilaturahmi dan merayakan Lebaran Tanah Abang.

Sejumlah atraksi digelar, antara lain, “Nyeset” kulit kambing, pencak silat, perform para penari dari Papua, Betawi, tari-tarian Nusantara, lomba koreografi silat, grafiti mural, band Gondal Gandul, orkes Samra, akustik, dan gambang kromong.

Menurut Ketua Bamus Betawi Wiyono Ahmad, kearifan lokal masyarakat Tanah Abang ini merupakan aspirasi warga untuk menghidupkan tradisi lokal mereka yang diwujudkan dalam atraksi kebudayaan Lebaran Tanah Abang.

“Ini merupakan aspirasi warga dan sebuah kebersamaan untuk tetap menghidupkan budaya Betawi dan juga keinginan untuk mengubah mindset Tanah Abang sebagai wilayah budaya dan ekonomi yang membuat banyak orang datang ke sini,” tutur Wiyono Ahmad.

Perlahan, namun pasti “wajah” Tanah Abang atau Tenabang kini telah berubah drastis. Kalau dulu, wilayah ini ditakuti banyak orang dengan premanisme dan kriminalitas lain, kini Tanah Abang jadi wilayah yang ramah, kondusif, dan lebih dari itu, sebuah kota budaya yang menghadirkan nilai-nilai kearifan budaya lokal Betawi.

Wiyono Ahmad mengatakan, walau Tanah Abang menjadi pusat bisnis yang sangat ramai, namun warga Tanah Abang tetap menghidupkan nilai budaya mereka. Momentum Lebaran Tanah Abang menjadi saat dimana tradisi budaya mereka dihidupkan terus.

“Kita sendiri yang menghidupkan budaya kita. Kita semua, bersama stakeholder” bertanggung jawab melestarikan budaya Tanah Abang kita,” tuturnya.

Ketua Bamus Betawi itu mengatakan, di wilayah Tanah Abang juga hidup pelbagai etnis lainnya dengan budaya mereka. Di sinilah terjadi perjumpaan antar etnis dan antarbudaya itu, sehingga di Tanah Abang terbentuk sebuah “melting pot”, dan mereka saling menghormati satu sama lain.

Tak hanya budaya yang tumbuh di tengah kehidupan warga Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di Tanah Abang warga tumbuhkan UMKM mereka untuk memperkuat ekonomi mereka.

Sementara itu Camat Tanah Abang, Dicky Suherlan, mengatakan acara Lebaran Tanah Abang ini menjadi kesempatan bagi keluarga besar Tanah Abang bertemu, ber-halalbihalal, dan bersilaturahmi satu dengan yang lain.

Selain itu, juga menjadi kesempatan bagi organisasi-organisasi masyarakat yang ada di Tanah Abang untuk mempererat tali silaturahmi. Ada 52 ormas di Tanah Abang, baik lokal maupun nasional; di mana terdapat 47 ormas lokal.

Menyinggung Jakarta yang tidak menjadi Daerah Khusus Ibukota lagi, Camat Dicky mengatakan status Jakarta menjadi kota global, sehingga budaya lokal Betawi harus diangkat dan dilestarikan terus. Karena salah satu faktor pendukung kota global adalah faktor budaya.

“Budaya lokal harus tetap dimunculkan sebagai kearifan lokal. Namun kita tak menutup diri terhadap budaya-budaya yang lain. Sudah terjadi pembauran dengan budaya-budaya lain, sehingga kita semua harus bersatu dan padu,” tandas Camat Dicky.  **(Rika)