Januari 10, 2025

Kemeriahan Tahun Baru Imlek Gambarkan Persaudaraan Indonesia

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com – Kemeriahan Tahun Baru Imlek 2023 mulai dirasakan pada Sabtu sore (21/1/2023) dengan kehadiran warna-warni lampion di sepanjang jalan, komplek pertokoan dan perumahan, hingga panggung perayaan Imlek.

Imlek 2023 dengan Tahun Kelinci Air menghadirkan rasa optimisme dan harapan bagi warga Tionghoa dan masyarakat Indonesia menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi saat ini.

Kemeriahan Imlek 2023 terjadi dan dirasakan di seluruh pelosok negeri. Kegembiraan Imlek tak hanya dirasakan warga Indonesia keturunan Tionghoa saja, melainkan seiring melandainya pandemi Covid-19 kegembiraan itu juga dirasakan warga Indonesia lainnya.

Sabtu sore menjelang malam, di pusat bisnis Central Park, Jakarta Barat, perayaan pembukaan Tahun Baru Imlek ditandai atraksi naga dan barongsai.

Atraksi naga amat memikat hati. Barongsai yang meliuk-liuk diiringi genderang tabuhan. Para penari cheongsam memegang lampion diiringi musik tradisional Tionghoa.

Para pemain barongsai melompat-lompat, meliukkan badan dengan gerakan yang cekatan. Para penonton memenuhi lantai 1 hingga 4 Central Park. Suasana terasa meriah dan penuh persaudaraan.

Warga Tionghoa memperlihatkan optimisme dan harapan memasuki Tahun Kelinci Air ini. Kedatangan Tahun Kelinci Air tak hanya memberi kebahagiaan kepada para penghayat ya, tapi juga dirasakan semua masyarakat.

Bagi Ibu Juliwati, salah satu penonton atraksi Imlek di Central Park, Jakarta Barat, perayaan Imlek menyadarkan dia pada sikap bersyukur atas hidup yang ia alami dan sukur atas keluarga yang ia miliki.

“Kami memiliki latar belakang ada keturunan Tionghoa sehingga setiap Imlek selalu dirayakan bersama keluarga. Semua anggota keluarga berkumpul,” tutur Juli yang hadir bersama dua anaknya.

Juli menerangkan, warna merah pada lampion, kostum, dan aksesoris lain saat Imlek bermakna keceriaan dan sukacita. Dulu, warna merah itu dikaitkan dengan aksi mengusir bala.

“Merah itu lambang api. Artinya, ada sesuatu yang harus kita buang, yaitu hal-hal buruk, agar berani menyambut Tahun Baru Imlek,” jelas Juli, seorang dosen pada sebuah perguruan tinggi di Jakarta Barat.

Terkait Sio Kelinci Air, Juliwati menerangkan, kelinci adalah hewan kecil, jinak, dan warna putih. “Putih, kecil, jinak berarti dia mudah dikendalikan, mudah diatur. Maknanya, kelinci melambangkan kepolosan. Dan, kelinci adalah hewan yang cukup memberi kontribusi bagi kehidupan manusia karena ia selalu ada bersama kita,” tambah Juliwati

Dengan merayakan Imlek di Tahun Kelinci ini, warga Tionghoa berharap pemerintah dan masyarakat Indonesia akan hidup lebih baik. Warna-warni lampion yang indah bermakna keragaman dan perbedaan itu indah.

Perayaan Imlek tak sekadar kegiatan ritual spiritual saja, melainkan Imlek berkontribusi pada manfaat ekonomi para pelaku usaha. Lampion dibuat dengan modal tertentu kemudian dijual dengan mendapatkan keuntungan. Lampion dengan bentuk aneka ragam itu kadang dipesan dalam jumlah yang banyak dari tempat lain.

Kue keranjang biasanya dibuat dengan melibatkan beberapa tenaga kerja. Prosesnya butuh waktu dan keuletan pembuat. Saat Imlek tiba, kue keranjang diserbu pembeli. Kue itu akan dibagi-bagikan kepada kerabat, sahabat, dan kenalan.

Hasan, penjual kue keranjang di Glodok, Jakarta Barat, mengaku memperoleh keuntungan besar menjual kue keranjang saat Imlek.

Kostum etnis Tionghoa laku keras di pasaran. Ada kebanggaan bagi pemakan baju ini. Busana itu tentu saja mempengaruhi suasana hati. Hati warga Tionghoa tentu semakin nyaman, aman, dan damai hidup di Indonesia.

Sejak Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang memberi kebebasan untuk merayakan Imlek, warga Tionghoa merasa lega dalam mempraktekkan penghayatan agama mereka. Diskriminasi politik yang berlangsung lama terhadap warga Tionghoa di Indonesia sudah dilenyapkan. Semua orang berhak diperlakukan sama di depan hukum.

Bila menengok jauh ke belakang lagi, pada periode dan perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan, sangat besar peran penting warga Tionghoa. Peran dan kontribusi mereka dalam pelbagai bidang. Sayangnya, politik tak manusiawi pernah melakukan diskriminasi terhadap mereka. Misalnya, rezim Orde Baru memaksa mereka mengganti nama dengan nama Indonesia.

Namun, etnis Tionghoa telah melewati semua itu. Demokrasi kian dewasa di negeri yang sedang berjuang demi kesejahteraan seluruh rakyatnya ini sebagaimana perintah undang-undang. Dan, dalam perayaan Imlek 2023 kita juga bisa melihat wajah Indonesia yang semakin bersahabat satu dengan yang lain.

#MCN/RIKA/RED