JAKARTA – MCN.com
– Fenomena krisis sedang melanda dunia, melahirkan rasa khawatir, bahaya, dan tak berani bertindak. Motivator Tung Desem Waringin justru membalik pemikiran itu dengan inovasi dan riset. Pertumbuhan ekonomi, dalam situasi apapun, mengandalkan riset dan inovasi.
Berbicara di hadapan peserta seminar yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2022) Tung Desem Waringin mengurai tantangan dunia bisnis dalam situasi krisis global.
Lembaga-lembaga keuangan global memperkirakan terjadi krisis ekonomi besar melanda dunia pada 2023. Krisis itu merupakan kelanjutan dari krisis ekonomi yang terjadi saat ini, termasuk dua tahun pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Krisis kesehatan terbesar dunia itu disusul krisis geopolitik yang melahirkan krisis pangan dunia. Krisis ekonomi mengarah pada resesi ekonomi global yang melumpuhkan ekonomi negara-negara.
Mengutip pernyataan lembaga finansial global seperti IMF dan Bank Dunia bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih aman, Tung Desem Waringin mengatakan, setiap pertumbuhan ekonomi membutuhkan inovasi dan riset.
“Kalau kita mau tumbuh (lumbung pangan, digitalisasi, infrastruktur, ekonomi kreatif, UMKM), kita tak boleh berharap pada pemerintah saja. Kita harus lebih memacu diri dengan inovasi dan riset,” ujar Tung Desem Waringin di hadapan puluhan peserta.
Banyak ahli mengatakan, inovasi dan riset sangat dibutuhkan dalam ekonomi dan dunia usaha. Saking pentingnya, perusahaan dan dunia usaha harus mencurahkan waktu, tenaga, pikiran, dan alokasi dana untuk inovasi dan riset.
Apakah terjadi inovasi dan riset saat perubahan yang sedang terjadi saat ini pada hampir semua bidang? “Ini yang tidak banyak dilakukan masyarakat. Tak banyak orang yang paham bahwa kita harus lakukan inovasi dan riset, baik terhadap produk maupun konsumen.
Terkait produk, Tung Desem Waringin mengatakan, ada 3 kriteria produk yang bisa bertahan dalam krisis, yaitu manfaat produk, kualitas produk, dan diferensiasi produk atau perbedaan dramatis.
“Kalau produk Anda tidak memiliki perbedaan dramatis, rugi lho. Misalnya, Anda jual produk empek-empek, apa bahan dasarnya? Dari ikan salmon? Apa kandungan gizinya. Ini yang perlu Anda perhatikan. Di sinilah produk Anda itu punya perbedaan dramatis dari produk orang lain,” ungkap Tung bersemangat.
Selanjutnya, dengan inovasi maka harga produk jadi lebih murah, lebih dipercaya, lebih cepat penjualan, dan kualitas jadi lebih bagus. Ini sesuatu yang “tidak berubah” yang dicari orang dalam perubahan bisnis yang sedang terjadi.
Dia mencontohkan itu pada produk handphone Indonesia, yang lebih murah sehingga sangat tinggi laku terjual. Hal seperti itu, kata dia, seharusnya terjadi di dunia properti kita. Inovasi itu untuk pengembangan ekonomi. Inovasi adalah murah, bagus, cepat, dan memiliki diferensiasi dramatis.
Menanggapi prediksi soal resesi global pada 2023, Tung Desem Waringin mengatakan, resesi menyebabkan kerugian, tak ada pembeli, tak ada rekrutmen pegawai, tak ada pabrik baru, tak bisa pasang iklan.
Namun, ketika kita memiliki pemikiran yang berbeda, menggunakan ilmu marketing, kita bisa berbalik dengan melihat krisis itu sebagai kesempatan untuk berkembang. Setiap krisis melahirkan dua cara pandang: berbahaya dan kesempatan.
“Saat terjadi perubahan dan gonjang-ganjing, kita harus melihat tren mau kemana. Yang tidak berubah adalah orang ingin harga produk yang lebih murah, lebih bagus. Inilah kesempatan bisnis. Dengan inovasi, produk Anda bisa lebih murah, lebih bagus, lebih dipercaya, dan cepat terjual,” tandas Tung Desem Waringin.
Tung melihat tren, justru pada saat krisis, pendapatan orang kaya di Indonesia malah bertambah untung. Mereka melihat situasi krisis sebagai kesempatan untuk lebih berinovasi dan berani mengambil risiko. Keberanian melangkah dalam dunia bisnis seperti ini membuka peluang yang lebih besar untuk meningkatkan pundi-pundi ekonomi kita. * (Rika)
#MCN/RIKA/RED
More Stories
Kantor Hukum Rahmat Aminudin & Rekan : Ucapkan Selamat Tahun Baru 2025
Musrenbangnas RPJM Tahun 2025-2029, Pj Gubernur Papua Barat: Masih Tinggi Ketergantungan Daerah Pada Pusat
Lantamal I Hadiri Acara Pembukaan Rakornas Pembangunan Daerah Se-Indonesia Tahun 2024