Jakarta – MCN.com
-Federasi Indonesia atau Indonesia Packaging Federation (IPF) terus mendorong industri ekonomi kreatif di Tanah Air. Kemasan membantu daya saing produk Indonesia, baik di level domestik maupun internasional.
Di era globalisasi sekarang ini, pengemasan dan desain kemasan memiliki peran penting. Kemasan tak bisa dilepaskan dari produk atau komoditas yang hendak dijual. Kemasan bisa dibuat dari bermacam-macam bahan. Namun kemasan sangat penting sebagai informasi memadai tentang komoditas. Seharusnya, lewat kemasan maka konsumen mengenal isi produk.
Selanjutnya, kemasan ikut member nilai tambah pada produk sehingga memiliki daya saing di pasar domestik maupun internasional.
Federasi Pengemasan Indonesia telah mencatat namanya pada Asia Star Award Contest dan World Star Award Contest. “Tahun ini kita mengadakan lomba Packaging Star Award. Pemenangnya akan ikut pada tingkat Asia dan dunia. Ini yang membuat saya sangat bangga,” tutur Ariana Susanti, Business Development Director dari Indonesia Packaging Federation (IPF), yang juga seorang Asian Packaging Federation (APF) Honorary Member dan APF Past President.
Terlibat dalam Pameran Teknologi Pengolahan dan Pengemasan Terbesar Indonesia di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Ariana Susanti mengatakan melihat perkembangan pameran ini, dari waktu ke waktu, sejak 22 tahun lalu.
Pameran di JIExpo Kemayoran ini mempertemukan para industri manufaktur dengan dengan para pengguna (brand owner) dalam segala lini, terutama untuk pengemasan.
Menurutnya, pengemasan sangat penting dalam era digital. Dalam medsos, orang melihat kemasan lebih dulu, baru produk. Maka, teknologi pengemasan berkembang cepat sekali. Nah, pameran seperti ini sangat berguna bagi manufaktur pengemasan dari pemilik merek (brand owner) yang ingin berkembang lebih maju lagi.
Lewat pameran, mesin-mesin pengemasan yang lama mulai ditinggalkan sesuai tuntutan industri 4.0 yang mendorong orang makin kreatif dan disiplin. IPF memiliki anggota dari manufacture packaging, brand owner, auxiliary yang bisa memberi teknologi baru. Mesin-mesin kemasan lama mulai ditingkatkan mutunya agar lebih efisien dan dapat berkompetisi di pasar global dan domestik.
Di era digital ini, wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan teknis dibutuhkan. Mesin yang canggih harus diimbangi dengan SDM yang paham. Kita kirim orang untuk berlatih di sektor ini. Dengan membeli mesin impor, maka mereka akan mentransfer teknologinya.
Menurut Ariana Susanti, pada bidang pengemasan ini, dibutuhkan pula orang yang berpengalaman puluhan tahun dan bersertifikat supaya mereka bisa memberikan pengetahuannya pada generasi lebih muda.
Kemasan selalu dibutuhkan setiap lini kehidupan, baik pada makanan maupun non-malanan dan terutama dibutuhkan industri manufaktur kemasan itu sendiri. Ariana bahkan melihat peluang pada kemasan berbahan dasar lokal, yang banyak dijumpai di daerah-daerah di Indonesia, sebagaimana yang dia lihat di Papua.
“Seperti ekosistem, dengan bahan baku lokal kita bisa bergerak untuk pasar lokal. Itu yang membuat kita bisa bangkit. Kalau industri ingin memperluas pasar, ini peluang,” tutur Ariana Susanti yang juga seorang kurator pada beberapa kementerian dan terlibat dalam dunia akademik dengan memberi kuliah umum.
Indonesia punya sumber daya alam melimpah, multikultur, dan bila “harta” ini bisa dikelola dengan baik lewat pemberdayaan SDM, teknologi, inovasi, dan kreatifitas, maka tantangan telah berubah menjadi peluang.
Lewat kemasan konsumen mengenal sebuah produk. Sinergitas desain produk dan kemasan akan bergerak menuju pasar global. Kita butuh organisasi profesi di bidang desain produk dan kemasan. * (Rika)
#MCN/RZ-HN/RED
More Stories
KAPAKA, Militer, dan Jigsaw: Kompetisi Menangkap Tikus di Negara Ngacoceria
Kantor Hukum Rahmat Aminudin & Rekan : Ucapkan Selamat Tahun Baru 2025
Musrenbangnas RPJM Tahun 2025-2029, Pj Gubernur Papua Barat: Masih Tinggi Ketergantungan Daerah Pada Pusat