Desember 20, 2024

Pelatihan Dasar Kegawatdaruratan Demi Selamatkan Korban Jiwa

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com – Pelatihan penanganan dasar kegawatdaruratan terkait krisis kesehatan bertujuan memberi pertolongan pertama pada korban gawat darurat, seperti meminta bantuan, melakukan RJP, menghentikan pendarahan, memasang balut bidai, memindahkan korban secara benar, berlangsung di Gereja Katedral Jakarta Pusat, Minggu (17/11/2024).

Pelatihan ini juga bertujuan agar peserta mampu melakukan tindakan penanganan kegawatdaruratan secara mandiri selama menunggu bantuan tiba.

Kegiatan yang merupakan kerja sama Paroki Katedral Jakarta dan Pusat Krisis Kegawatdaruratan Kesehatan Daerah (PK3D) Dinkes DKI Jakarta, diikuti perwakilan seksi dan komisi dalam Paroki Katedral, yang diharapkan akan disosialisasikan kepada umat lainnya di lingkungan paroki.

Selain memberikan penjelasan yang berkaitan dengan kegiatan pelatihan ini, peserta juga melakukan praktik penanggulangan krisis kesehatan dalam situasi darurat sebelum mendapat bantuan lainnya.

Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang dapat mengakibatkan korban jiwa, luka, sakit, termasuk timbulnya pengungsian.

Menurut fasilitator Anhari, Jakarta adalah kota yang “unik” karena memiliki tingkat kegawatdaruratan yang cukup tinggi, mulai dari banjir, kebakaran, kecelakaan lalulintas yang memungkinkan korban jiwa.

Karena itu masyarakat perlu diberi sosialisasi bagaimana menghadapi dan menangani pemberian pertolongan pertama di lokasi sebelum mendapat pertolongan yang lebih besar.

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) merupakan suatu mekanisme pelayanan korban atau pasien gawat darurat yang terintegrasi dengan basis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119 dengan melibatkan masyarakat.

“Kecelakaan dapat terjadi kapan saja. Suatu peristiwa kecelakaan tak bisa ditentukan waktu kapan terjadinya, juga tak bisa ditentukan tempat di mana terjadinya. Maka kita harus tahu apa yang pertama-tama kita lakukan. Harus telpon siapa, dan apa yang harus dilakukan selama bantuan ambulan belum datang, misalnya terjadi luka dan pendarahan. Ini yang perlu kita tahu,” tutur Anhari.

Anhari menyebutkan dua nomor telpon yang perlu diingat dalam meminta bantuan dalam situasi darurat, yaitu 112 dan 119. Kapan saja, dua nomor itu bisa dikontak minta bantuan.

Selama dua jam lebih pelatihan praktis itu dilakukan peserta didampingi empat tenaga fasilitator dari PK3D Dinkes DKI Jakarta. Romo Deo dari Paroki Katedral Jakarta ikut hadir dalam acara ini. Menurut Romo Deo, acara ini penting bagi umat Katedral karena umat Katolik terlibat langsung di lapangan atau di tengah masyarakat dan tahu betul apa yang terjadi.

“Maka kalau terjadi sesuatu di lapangan, mereka harus tahu apa yang akan dilakukan, agar dapat mencegah hal yang tak ingin terjadi. Jika terjadi situasi darurat, kita harus tahu berbuat apa,” tutur Romo Deo.

Romo Deo menjelaskan, peserta pelatihan ini adalah umat Katolik dari berbagai bidang atau seksi, seperti pendamping orang muda, sekretariat, karyawan, pihak keamanan. “Mereka akan menularkan informasi ini kepada umat lainnya. Kita juga mengadakan pelatihan lain lagi, tidak hanya ini. Ada pelatihan dari lembaga yang menangani bencana. Pokoknya, kita belajar bersama agar paham,” pungkas Romo Deo. **(Rika)