Desember 20, 2024

Dialog Diaspora NTT Jabodetabek, Silvester Matutina: NTT Butuh Pemimpin Visioner dan Tidak Korupsi

Spread the love

Loading

Jakarta – MCN.com – Acara dialog para perantau NTT di Jabodetabek untuk bersama-sama membangun Nusa Tenggara Timur ditandai semangat kekeluargaan dan membuka mata terhadap problem mendasar di Provinsi “Nasib Tak Tentu” itu.

Sesungguhnya ada kerinduan yang mendasar di lubuk hati setiap anak berdarah NTT untuk melihat daerahnya maju. Tapi, kerinduan itu masih jauh diwujudkan ketika tak didukung pemimpin yang visioner dan tak korupsi.

Pemimpin tak visioner dan berperilaku koruptif dilihat pada diaspora NTT di Jabodetabek sebagai salah satu akar masalah dalam membangun NTT.

Karena itu para perantau NTT itu sering sakit hati melihat para pejabat yang ditangkap karena korupsi, atau pemimpin yang melakukan korupsi tapi belum tersentuh penegak hukum.

Sesungguhnya NTT bukanlah provinsi yang miskin sumber daya alam. Pendidikan dasar di NTT tak bisa dikatakan tak berkualitas. Guru-guru di NTT dikenal pejuang dunia pendidikan. Tengoklah pencapaian dan mutu pelajaran Bahasa Indonesia pada anak-anak di daerah ini. “Memiliki kemampuan bahasa yang baik, juga kemampuan menulis,” tutur Silvester Matutina.

Menurut Silvester, NTT memiliki banyak potensi, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Banyak intelektual, akademisi, guru, dan pemikir Indonesia berdarah NTT.

NTT memiliki banyak destinasi wisata yang diminati wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahun.

Hanya saja potensi-potensi itu belum dikelola dengan baik dan bijaksana, sehingga tak berdampak pada kehidupan masyarakat.

Masalah utama NTT, kata Silvester, adalah pada pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin NTT menjadi faktor kunci bagi kemajuan NTT. Sampai sekarang pemimpin yang ada di NTT tidak berhasil mengangkat martabat orang NTT karena mereka masih sibuk dengan dirinya sendiri.

Seperti terungkap dalam acara dialog itu bahwa kebanyak pemimpin NTT yang dipilih rakyat adalah pribadi-pribadi ya g masih sibuk dengan dirinya sendiri sehingga dengan mudah terjerat KKN (korupsi, kolusi, nepotisme).

Akibatnya, selama memimpin, mereka juga sibuk memperkaya diri, keluarga, kelompok, dan mengabaikan masyarakat yang sudah susah payah memilih mereka. Akibatnya, masyarakat NTT tetap miskin.

Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet) itu mengatakan kepemimpinan gaya lama itu harus ditinggalkan. Pilkada 27 November 2024 menjadi momentum penting masyarakat NTT memilih pemimpin yang bisa memajukan NTT, yaitu pemimpin yang visioner, tidak KKN, dan bekerja keras seperti Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo.

Sosok pemimpin visioner yang dicari masyarakat NTT, saat ini, menurut Silvester, terpotret pada calon Gubernur Melki Lakalena dan Johni Asadoma.

Melki adalah anggota DPR RI Partai Golkar, anak muda NTT yang visioner. Sementara Johni Asadoma adalah mantan Kapolda NTT dan Bali, yang tak asing bagi para penggemar tinju amatir Tanah air.

Duet Melki-Johni menurut warga diaspora NTT Jabodetabek sangat cocok memimpin NTT saat ini dengan tugas berat mengangkat martabat masyarakat NTT dari keterpurukan ekonomi.

“Kita berharap, Melki dan Johni sinergi dengan apa yang selama ini sudah dilakukan Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi sudah memberi dasar-dasar kemajuan, sekarang Melki dan Johni lanjutkan. Diaspora NTT di Indonesia maupun mancanegara akan bersama-sama bangun NTT,” tutur Silvester kepada awak media di Jakarta, Senin (28/10/2024).

Tak bisa ditunggu lama-lama untuk melihat transformasi signifikan di NTT. “Pemimpin NTT harus sosok visioner. Dia memiliki visi, misi gagasan, dan hati untuk rakyat. Dia tidak boleh korupsi. Ini yang belum dimiliki pemimpin NTT,” ujar Silvester.

Masyarakat diaspora NTT di Jabodetabek lebih mendukung Melki dan Johni. Di tangan kedua pasangan calon Gubernur NTT ini, masyarakat diaspora yakin NTT tidak lagi menjadi “Nasib Tak Tentu”, melainkan “Nasib Telah Tentu”.** (Rika)