Jakarta – MCN.com – Politik adalah perebutan kekuasaan demi tujuan kesejahteraan rakyat. Dalam menggapainya, politik selalu menyandarkan diri kepada nilai kepercayaan konstituen dan kepercayaan pimpinan parpol kepada para kadernya. Inkonsistensi pada komitmen politik menyebabkan kepercayaan itu hilang.
Merasa tak mau ditinggalkan oleh Partai Golkar, beberapa sosok calon bupati dari kader Partai Golkar, merasa kecewa ketika nama mereka tiba-tiba diganti dengan nama orang lain. Inilah yang sempat ramai terjadi di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Minggu (25/8/2024).
Di Kantor Partai Golkar itu, para pendukung calon bupati Merauke, Andreas Parapaga-Laiyanan membentangkan poster berukuran besar, bertuliskan: “Kami Menolak Rekomendasi Partai Golkar kepada Calon Bupati Merauke Yang Bukan Kader Golkar, Yang Tidak Mengikuti Pentahapan dan Survei Partai. Kami Akan Bawa Masalah Ini Pada Mahkamah Tinggi Partai Golkar”.
Seorang Tim Pemenangan Andreas, mengatakan, Partai Golkar harus mengajarkan demokrasi yang benar dan demokrasi yang sehat. “Jangan mengajarkan demokrasi tipu-tipu seperti ini. Tipu di atas tipu masih digunakan dalam pemilihan bupati Merauke.
Dia juga mengingatkan agar tidak mengatasnamakan putra daerah dan Otsus untuk membenarkan banyak hal.
Nama Andreas Parapaga Laiyanan, yang selama ini sudah beredar sebagai salah satu calon bupati Kabupaten Merauke, Papua Selatan, ternyata telah diganti dengan sosok yang masih berstatus PNS, Kristian Tarigan Gebze.
Munculnya nama Kristian Gebze di luar dugaan para kader Partai Golkar di Merauke. Apalagi, pencalonan Kristian Gebze tak melalui suatu proses pentahapan, prosedural, dan berapa tinggi elektabilitasnya berdasarkan survei berkualitas.
Andreas Parapaga-Laiyanan, calon yang selama ini merupakan kader Partai Golkar untuk bupati Merauke, mengatakan dirinya sangat terkejut dengan rekomendasi yang diberikan Partai Golkar kepada Kristian Gebze.
Tim pemenangan Andreas Parapaga-Laiyanan merasa aneh dan kecewa dengan apa yang terjadi di kalangan pimpinan DPP Partai Golkar saat ini.
Usai terpilih secara aklamasi dalam Munas XI Partai Golkar, Ketua Umum Bahlil Lahadalia mengatakan dirinya hendak membesarkan lagi Partai Golkar dan memperhatikan para kader Partai. Belum lagi melangkah, Bahlil sudah harus melihat fakta pelbagai kecurangan dalam pencalonan para kadernya, yang dilakukan sendiri oleh pimpinan partai di tingkat daerah.
Sekretaris Jenderal Timur Indonesia Bersatu (TIB) Nicolaus Nusi, mengungkapkan kekecewaannya atas tidak transparasi dan inkonsistensi pimpinan Partai Golkar terhadap para kader Partai yang sudah sejak awal menyatakan maju dan bekerja mempersiapkan Pilkada 2024.
“Bagaimana komitment dari Ketua Umum terpilih Bahlil Lahadalia, yang mengatakan mau mengembalikan marwah Partai Golkar di semua daerah. Salah satu calon bupati Merauke, Andreas Parapaga Laiyanan telah mendapat surat tugas dari Partai Golkar, tapi sekarang keputusan pimpinan sangat berbeda. Saya pikir, Golkar tidak boleh sembarangan. Ini masalah serius,” tutur Nicolaus Nusi yang juga menjadi tim pemenangan Andreas.
Nicolaus mengatakan, semua orang ingin agar semua calon bupati dan calon wakil bupati Merauke harus melalui proses formal yang berlaku. “Saat ini, calon bupati Merauke yang diajukan Partai Golkar tidak melalui prosedur, tak punya tingkat elektabilitas yang tinggi, apalagi didrop begitu saja karena dia anak Marind, salah satu suku di Kabupaten Merauke. Kalau begini caranya, apa yang bisa kita harapkan dari Partai Golkar pada 2029 nanti,” gugat Nicolaus.
Dia mengingatkan, kalau Partai Golkar masih menggunakan cara-cara yang tidak intelek dan cara-cara lama yang sudah usang.
Nicolaus mengatakan, seorang pengurus DPD Partai Golkar di Merauke menyampaikan kritik bahwa Kristian Tarigan Gebze tidak melalui tahap dan prosedur sesuai ketentuan partai. Kristian Gebze tak pernah memiliki data survei yang memperlihatkan dirinya disukai masyarakat. Sebaliknya, kategori suku tak menjamin kualitas seorang calon bupati Merauke.
Tim pemenangan calon bupati Merauke Andreas Parapaga Laiyanan akan melaporkan hal ini kepada DPP Partai Golkar di Jakarta.
“Berpolitiklah dengan sopan, ikut prosedur, ikut tahapan, dan punya elektabilitas yang mumpuni. Partai Golkar harus lebih cerdas, transparan. Orang lain sudah kerja setengah mati, ternyata pimpinan di Jakarta seenaknya saja menentukan siapa yang dia calonkan. Ini politik jalan pintas, kurang beradab, dan menggunakan segala cara untuk tujuan egoisme diri saja,” ujar anak muda Merauke, Leslie Kaize.
* (Rika)
More Stories
Rosita Habema Disambut Antusias Warga Krepkuri
Pererat Kebersamaan, Satgas Habema Makan Bersama Warga Alguru
Lantamal I Hadiri Acara Pembukaan Rakornas Pembangunan Daerah Se-Indonesia Tahun 2024