Jakarta – MCN.com
– Kemajuan suatu negara tak bisa dilepaskan dari keterlibatan kaum mudanya dalam dunia politik. Dalam alam demokrasi yang kian bertumbuh subur, kesempatan anak muda Indonesia untuk terjun ke politik dan mengelola kehidupan politik demi kemaslahatan bersama, sangat terbuka. Walau tantangan untuk hal ini bukan kecil, namun Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia, Dedek Prayudi, tetap mendorong anak muda untuk berani terlibat dalam seni mengelola kekuasaan itu.
Ditemui di sela kegiatan “Akselerasi Gerakan Satu Putaran” di Rumah Juang Relawan Jokowi, Jl. Kemang Selatan, Mampang, Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (7/1/2023), Dedek Prayudi mengatakan politik Tanah Air harus bisa merangkul anak muda untuk terlibat berpikir dan bekerja untuk kepentingan bangsa. Untuk itu, pemahaman terhadap diri kelompok ini harus tetap.
Dedek Prayudi atau biasa disapa Uki, melihat pertarungan politik 2024 cukup diwarnai suara kalangan muda. Persoalannya, bagaimana bisa menarik minat mereka pada politik kalau dalam hidup sehari-hari sebagian di antara mereka cukup pesimis dan cenderung apatis dengan politik karena dibombardir dengan tontonan konflik antar elit politik di televisi dan panggung-panggung politik.
Sikap apatis itu dipahami benar oleh Dedek, yang setelah pulang dari Swedia, mulai bekerja di bidang penelitian dan kajian, dan kini tergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan menjadi Jurubicara Tim Pemenangan Paslon Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024. Menurutnya, kelompok genersi muda dan milenial Indo nesia saat ini adalah kelompok yang rasional. Mereka memiliki tingkat pendidikan cukup lebih tinggi, termasuk memiliki akses ke teknologi dan informasi semakin lama semakin terbuka.
“Itu kenapa kami anggap penting melihat dan memperhatikan mereka. Mereka tidak akan tertarik kalau kita tidak pakai bahasa dan gesture mereka. Atau tidak menyukai apa yang mereka sukai,” ujar pria kelahiran 23 April 1984 itu, yang masuk dalam Komandan Pemilih Pemuda TKN Prabowo-Gibran.
Dedek mengatakan, TKN Prabowo-Gibran terus menyerap aspirasi kaum muda. Ada apliksi “pemilihmuda.id”, untuk menjaring anak-anak muda dan aspirasi mereka. “Kami percaya, di alam demokrasi yang sehat, alur aspiasi itu bergerak dari bawah ke atas (bottom-up). Bukan sebaliknya. Itu strategi dan cara kami terhadap anak muda,” tambah lulusan Bachelor of Arts (B.A.) Victoria University of Wellington (2004-2007) dan Master of Sciences (M.Sc) Stockholm University itu.
Dedek melihat anak muda dalam dua klasifikasi, yakni yang peduli politik dan yang sinis terhadap politik. Kelompok pertama peduli politik, ingin terlibat, inilah swing voters.
Pada kelompok kedua, mereka yang merasa hiruk pikuk politik itu tak bersentuhan dengan kulit mereka. Mereka ini sulit menoleh ke arah politik. Mereka adalah orang-orang yang merasa perkelahian-perkelahian elite politik di televisi, di panggung-panggung politik, itu bukan untuk kepentingan anak muda ini. Bahkan meminta mereka bangun pagi pada hari pemilihan umum saja itu suatu kesulitan tersendiri.
Dalam konteks itu, Dedek mengatakan, TKN Prabowo-Gibran, dalam kampanye, tidak mau mengumbar kebencian dan sinisme terhdap paslon lain, karena politik seharusnya dilakukan dengan riang gembira. Pemilu adalah pesta demokrasi. Kalau pun ada perbedaan warna, itu sesuatu yang perlu dirayakan. Itu sebuah kemeriahan.
“Sebagai caleg DPR RI Dapil DKI Jakarta dari Partai Solidaritas Indonesia, saya ingin melibatkan anak-anak muda. Pertama, mereka harus peduli politik dulu. Baru mereka mau untuk terlibat.Pertama-tama kita harus bisa membuat mereka merasa releks dulu. Hidup mereka dari bangun sampai tidur lagi itu adalah hasil dari pembuatan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan dimulai dari political will dulu. Itulah kenapa proses politik itu sangat penting. Setelah saya sadarkan mereka dengan informasi seperti ini, baru saya bisa masuk ke apa yang mau saya lakukan sebagai caleg apabila terpilih nanti,” ungkap lulusan doktor Universitas Indonesia ini.
Terkait dengan cara, Dedek Prayudi lebih menggunakan cara-cara yang relevan versi anak muda, misalnya meminta anak muda untuk nongkrong bareng di sebuah kafe. Di situ diadakan diskusi dua arah, interaktif, ini lebih kena untuk anak muda. Ada juga yang mengadakan turnamen futsal, tenis meja, kurang lebih bahasa-bahasa politik yang menyenangkan memang seperti itu. “Jadi, substansinya tetap saya sampaikan, tapi harus ada cara-cara yang sesuai dengan hobi dan interese mereka, yang tak jauh-jauh dari seni, musik, sport, gaming,” ujarnya.
Terhadap anak muda Indonesia, Dedek dan prabowo-Gibran, ingin mencocokkan antara kualitas dunia pendidikan kita dengan kebutuhan industri dan potensi ekonomi lokal di daerah. Sekolah perlu terintegrasi dengan industri. Dunia pendidikan tak bisa berdiri sendiri, tetapi harus terkait erat dengan industri dan tenaga kerja.
Sedang terhadap mereka yang berada di dunia informal, TKN Prabowo-Gibran mau menghidupkan ekonomi kreatif. “Kita ingin mengindustrialisasikan ekonomi kreatif, termasuk kuliner, sport, skateboard, yang sesuai dengan selera anak muda. Potensi mereka itu bisa digunakan untuk kepentingan negara.
“Semakin hari, kami di TKN semakin yakin untuk kemenangan satu putaran. Secara matematika, ada peluang dan kemungkinan besar Prabowo-Gibran menang,” tutur pria yang lebih banyak bekerja di bidang penelitian ini. **(Rika)
More Stories
Prajurit Lanal Bengkulu Latihan Sea Survival Guna Peningkatan Kapasitas dan Kesiapan Dalam Menghadapi Situasi Darurat di Wilayah Perairan Bengkulu
Danlanal Bintan Hadiri Rapat Kontijensi Banjir
Giat Karya Bhakti Koramil 03/Pasar Rebo Bersihkan Sampah dan Rumput Liar.