Jakarta – MCN.com
– Perancang mode Linda Panggabean terpanggil mengeksplorasi kain sadung Tarutung dan Ulos agar bisa dipakai masyarakat Indonesia, tak sebatas orang suku Batak.
Kain Ulos sudah dikenal hingga mancanegara, walau di Sumatera Utara kain yang ditenun dari benang kapas itu lebih sering dikenakan saat peristiwa adat. Pria dan wanita tampak anggun bila sedang mengenakannya.
Ditemui saat tengah mempersiapkan rancangan untuk Indonesia Fashion Parade (IFP) 2023, Linda terlihat gembira mempersiapkan pameran busana cukup besar di Jakarta itu pada Juni 2023.
Konferensi pers yang diadakan panitia terkait IFP 2023 di Hotel All Season, Minggu (26/2/2023) itu memang dihadiri desainer terkenal lainnya.
Linda mengatakan rumah produksinya, Rumah Ulos, akan menghadirkan tema “Rejuvenation” pada IFP 2023 dengan mengemas pakaian dari campuran bahan dasar Ulos Sadum Tarutung, dan kain biasa sesuai trend mode di Indonesia.
Berbeda dengan IFP 2022 di mana Linda Panggabean menghadirkan perpaduan antara kain untuk pakaian ready wear dengan pakaian adat, pada IFP 2023 Rumah Ulos Linda Panggabean akan menampilkan kain Sadum untuk menjelaskan betapa indahnya filosofi orang Batak.
Menurutnya perpaduan itu akan menarik banyak peminat sehingga industri mode berbasis kain tenunan tangan dari Batak semakin meluas menjangkau pasar yang lebih luas.
Linda bertekad lebih mempromosikan kain tenunan tangan Batak lagi. Dia senang ketika semakin banyak pejabat yang memakai tenunan Ulos. Linda bangga ketika melihat Ibu Negara Iriani Joko Widodo mengenakan Ulos Batak.
Ulos Sadum, kata Linda, banyak dimiliki keluarga-keluarga dari paman, sehingga banyak ada di lemari. Biasanya keluarga Batak mendapat Ulos Sadum saat upacara perkawinan, kelahiran anak, menempati rumah baru, dan sebagainya.
Nah, Linda berpikir bagaimana kain-kain itu bisa digunakan pada aktivitas sehari-hari misalnya saat ke mall dan kegiatan jalan-jalan. “Sayang sekali, bila kain-kain itu hanya bertumpuk-tumpuk di lemari. Kita bisa memodifikasinya menjadi busana yang trendy dan dipakai banyak orang, bukan saja orang Batak tapi juga orang dari suku lain di Indonesia,” papar Linda kepada awak media.
Kain-kain itu terbuat dari kapas yang kemudian dijadikan benang untuk menenun Ulos. “Bahan Ulos itu dari kapas 100%. Ada juga dari bahan sutera. Karena dari kapas 100% maka disebut ” benang seratus” karena 100% terbuat dari kapas,” jelas Linda.
Lebih jauh Linda mengatakan, kalau kita suka dan mencintai Ulos, jangan lupa ada kaum perempuan dan keluarga yang mengerjakannya. Menurutnya, di Sumatera Utara ada lebih dari 5.000 keluarga penenun Ulos. “Sehingga di medsos saya selalu bilang mencintai tenunan tangan itu identik dengan mencintai para penenunnya. Kalau kita cinta Ulos, maka 5.000 penenun itu bisa tersambung hidupnya, bahkan untuk menyekolahkan anak mereka,” tandas Linda.
Menurut Linda, filosofi kain Ulos itu berbeda-beda, sehingga tidak semua kain Ulos itu bisa dijadikan pakaian modern, karena ada motif-motif Ulos tertentu yang hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang memiliki syarat-syarat tertentu.
Linda mulai bergiat dalam rancang busana berbahan dasar Ulos ini sejak 2016. Walau belum sempat go International, tapi Linda sudah melangkah hingga Bali.
“Yang saya kejar itu bukan pasar sekitar kami. Yang saya kejar itu mengumpulkan orang-orang Batak dan juga suku lain supaya ikut mencintai kain Ulos. Jadi, mereka-mereka yang ada di luar daerah kami,” ujar Linda optimis.
Untuk pameran Indonesia Fashion Parade 2023 pada Juni nanti di Jakarta, Linda mematok harga mulai dari Rp 700.000 hingga Rp 10.000.000. Linda berharap, dengan semakin banyak promosi Ulos, semakin banyak orang yang kenal, lalu jatuh cinta kepada kain Ulos. Dia berharap semakin banyak pejabat di negeri ini yang mengenakan busana berbasis kain Ulos.
Pada selembar busana Ulos, Linda melihat wajah penenun, nilai-nilai adat Batak dan identitas dirinya. * (Rika)
More Stories
Kantor Hukum Rahmat Aminudin & Rekan : Ucapkan Selamat Tahun Baru 2025
Musrenbangnas RPJM Tahun 2025-2029, Pj Gubernur Papua Barat: Masih Tinggi Ketergantungan Daerah Pada Pusat
Lantamal I Hadiri Acara Pembukaan Rakornas Pembangunan Daerah Se-Indonesia Tahun 2024