JAKARTA – MCN.com
-Indonesia sedang menuju net zero emission dalam rangka mencegah kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat celsius sesuai Paris Agreement, 2015. Konversi kendaraan berbasis BBM menjadi kendaraan listrik merupakan sebuah keharusan. Sudah ada Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Namun, pelbagai dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat perlu sebuah kajian mendalam.
Hal ini dikemukanan Rektor Institut Teknologi PLN, Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa MK.MT saat presentasi dalam seminar pada Pameran Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2022 di JCC, Senayan, Jakarta. Menurutnya, kebijakan kendaraan listrik nasional memang merupakan suatu tuntutan yang harus dihadapi masyarakat.
Data memperlihatkan, pada 2021, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 121 juta unit, dengan tingkat pertumbuhan per tahun 4,1 juta unit. Adapun target konversi listrik pada sepeda motor pada 2025 mencapai 6 juta unit.
Namun, Iwa Garniwa mengingatkan salah satu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mengkaji dari sisi harga dari kendaraan listrik, dan ia mengingatkan perlunya riset terhadap kebutuhan masyarakat akan infrastruktur, seperti jalan dan lampu kendaraan.
Harga konversi saat ini mencapai Rp 13 juta, sementara masyarakat menghendaki Rp 7 juta sehingga setiap bulan mereka hanya menyetor Rp 100.000. Terkait pendanaan, tantangan dihadapi daerah yang memiliki anggaran terbatas. Pembiayaan mobil listrik bisa dengan menggunakan anggaran APBN atau APBD.
Hal lain yang diangkat Iwa Garniwa adalah dampaknya terhadap masyarakat. Apakah masyarakat mau beralih dari kendaraan berbasis BBM menuju kendaraan listrik. Manakah yang harus diprioritaskan, kendaraan umum atau kendaraan pribadi? Lalu, kendaraan jenis apa yang akan dikembangkan di Indonesia (roda empat, roda tiga, roda dua). Hal seperti ini harus kita rumuskan agar tahu mana yang kita prioritaskan.
Jawaban terhadap pertanyaan masyarakat seperti itu, Iwa Garniwa mengatakan perlu dirumuskan secara baik apa yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini dan apa yang harus diprioritaskan.
“Ketika kita menggunakan kendaraan listrik, kita harus memahami tentang bagaimana karakteristik kendaraan listrik tersebut. Apakah sudah ada riset yang dilakukan tentang karakteristik ini. Ini yang harus kita lakukan juga. Sehingga kita bekerja dengan hasil riset kita,” ujar Iwa Garniwa.
Inilah era kendaraan listrik karena itu teknologi harus kita ciptakan, kita tak boleh menunggu. Kita juga mengembangkan charge station. “Minimal kita semua harus tahu ini, walaupun kita belum mengembangkan dan menguasainya. Kita mau kembangkan yang mana, kendaraan roda dua atau roda tiga. Dan menurut saya, kita mampu untuk mengembangkan hal ini,” papar Iwa optimis.
Transisi energi di Indonesia kian mendesak di tengah pasar energi listrik yang didominasi oleh energi fosil (87 persen), dimana penggunaan batubara (66 persen), gas alam (19 persen) dab BBM (2,22 persen). PLTU menyumbang emisi karbon terbesar, yakni 43 persen dari total emisi nasional. * (Rika)
#MCN/RZ-HN/RED
More Stories
Presiden ACP Rafael Basanto: Saatnya Masakan Indonesia Mendunia dan Jadi Tuan di Negerinya Sendiri
Forum Inovasi Mutu PT Kilang Pertamina Internasional Pacu Kreativitas Pekerja
Pemerintah Dukung Kemajuan UMKM Naik Kelas Melalui UU Cipta Kerja