Jakarta – MCN.com
-Kekayaan tradisi dan budaya dalam masyarakat Indonesia menjadi kekuatan untuk hidup bersama dalam sejarah perjalanan bangsa. Ritual-ritual tradisi itu terus diawetkan dalam setiap kegiatan perayaannya.
Tak terkecuali tradisi Ng Fong Thai Cie, sebuah tradisi sesembahan kepada dewa yang dianut sebagian kelompok masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia. Setelah dua tahun dilanda pandemi Covid-19, perayaan ulang tahun ke-23 Ng Fong Thai Cie itu dirayakan kembali oleh para penganutnya (13/7/2022).
Bunyi genderang bertalu-talu mengiringi pelbagai atraksi budaya. Beberapa lelaki memakai kostum tradisional memperagakan adegan-adegan yang jarang terlihat selama ini pada perayaan Tionghoa. Bila dijelaskan, semua gerakan itu menunjuk pada makna dan nilai tradisi untuk hidup bersama dalam kesatuan dengan leluhur. Di sudut lain, para lelaki sedang menikmati minuman dan makanan yang bersumber pada cerita leluhur.
Menurut Thiam En atau biasa disapa Afuk, selama Covid-19, perayaan ulang tahun Ng Fong Thai Cie tidak bisa dirayakan secara bersama-sama terutama di tengah publik, walau perayaan ini sudah lama ada dan dilangsungkan. Kepercayaan dan kecintaan pada tradisi leluhur itu, menurut Thiam En, masih sangat kuat dianut masyarakat etnis Tionghoa.
“Saya merasa gembira bisa kembali merayakan HUT Ng Fong Thai Cie di tempat ini. Saya harap, tahun depan, kegiatan ini digelar lagi seperti ini,” ujar pria yang mencintai budaya leluhur Tionghoa itu.
Pada tahun-tahun sebelum pandemi, perayaan Ng Fong Thai Cie berlangsung cukup meriah dan dinikmati banyak warga masyarakat. Keluarga-keluarga datang dan berkumpul dan merayakannya. Ada yang datang dari Singkawang, Kalimantan dan juga yang ada di pulau Jawa. Kali ini pusat perayaan di Jl. Sawah Lio, Jembatan Lima, Jakarta Barat. Kegiatan sudah dimulai sejak pukul 17.00 WIB hingga 23.00 WIB.
Menurutnya, setiap kegiatan ritual yang ditampilkan tak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya yang teramat penting untuk tetap dilestarikan, terutama oleh generasi etnis Tionghoa di mana saja. Dia mengatakan, ada falsafah hidup yang terus dipertahankan dan dihidupkan kembali, misalnya, semangat kebersamaan, semangat kekeluargaan, semangat berkarya serta harapan akan kesejahteraan hidup.
“Kita semua berharap pada kesejahteraan hidup, yang didukung oleh kesehatan yang baik. Kalau kita sehat, maka kita juga akan dengan mudah membantu sesama kita. Jadi, kesehatan itu amat penting. Kita harus menjaga diri agar tetap sehat dengan makanan yang sehat dan hidup teratur. Kita juga harus peduli kepada sesama yang membutuhkan bantuan kita. Nilai-nilai ini yang ditebarkan dalam setiap kegiatan budaya,” jelas Afuk.
Thiam En menjelaskan nilai-nilai leluhur yang mendasari kehidupan sehari-hari masyarakat etnis Tionghoa. Dengan kekuatan budaya itulah generasi etnis Tionghoa tetap bertahan dalam dinamika perubahan masyarakat secara global.
Thiam En optimis bahwa walau ada perlambatan pertumbuhan ekonomi global saat ini, namun situasi global akan pulih dan normal kembali. Keyakinan itu bertumpu pada ajaran leluhur Tionghoa sendiri. Harapannya, menghadapi hidup ini dengan kesabaran dan bekerja keras. * (Rika)
#MCN/RZ-HN/RED
More Stories
Marsekal Pertama TNI Aldrin Mongan: Warga Minahasa Selalu Satu Hati dan Satu Jalan
Perayaan Kunci Taon 2023 DPP KKK: Doa Kebangsaan “Jaga Kerukunan, Jaga Pemilu Damai”
Discover North Sulawesi Utara Diadakan Dengan Meriah, Kental Sajian Seni Tari Budaya dan Ragam Kuliner Khas Manado