Jakarta.MCN.com.
Pancasila tidak hanya merupakan ideologi, melainkan juga filsafat, Pancasila mengandung nilai-nilai filosofis yang bersifat universal, yang tidak akan berubah. Kamis, 2, Mei,2022
Menurut Yosep, suatu negara yang didasarkan pada sistem filsafat yang kokoh, maka negara itu akan kuat, ideologi Pancasila berada di atas landasan filosofis sehingga kita percaya, dan memang terbukti kemampuannya untuk menangkal berbagai ideologi-ideologi lain.
Hal ini disampaikan Yosep dalam acara Sarasehan “Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara dan Relevansinya dalam Kehidupan Bersama”, di Gedung Nusantara IV, Senayan, Sarasehan ini merupakan kerja sama antara MPR RI dan Institut Filsafat Pancasila.
Kita tahu, kata Yosep, Pancasila merupakan sistem nilai yang sudah hidup berabad-abad yang lalu, sejak zaman Sriwijaya, Majapahit (650). Sehingga nilai-nilai ini sungguh tertanam dalam budaya Indonesia, yang ketika digali dan diperas maka ditemukanlah Pancasila.
Presiden Sukarno mengatakan dirinya mendapatkan inspirasi dari atas, bahwa di bumi Indonesia ini memiliki nilai yang menjadi pegangan hidup mereka sejak dulu kala, yang terdiri dari lima dasar itu.
Sejak dulu sampai sekarang, tradisi masyarakat Indonesia itu religius, masyarakat yang mengakui tentang Sang Pencipta. Sehingga ketuhanan itu suatu nilai mendasar bagi kita semua.
Semua pelaku kebudayaan itu manusia. Yang ber-Pancasila itu manusia. Yang ber-Tuhan juga manusia. Nilai manusia itu mutlak, sampai kapan pun manusia tetap ada. manusia itu bernilai karena ia bermartabat.
Nilai persatuan sangat mendasar. Walau berbeda warna kulit,suku dan agama, manusia itu hanya satu. Orang Jawa itu manusia. Orang Ambon itu manusia. Oleh karena itu, kesadaran akan kemanusiaan yang satu itu membuat kita saling menghormati dan menghargai jati diri manusia.
Nilai-nilai atheisme itu yang ditolak dan dilarang di Indonesia. Bukan manusianya, tetapi nilai-nilai atheismenya, cara berpikirnya, dan cara hidupnya itu yang kita tolak. Karena kita semua sudah sepakat bahwa Indonesia memiliki ideologi Pancasila, yang mengakui Tuhan dan sesama manusia lain yang hidup bersama-sama dalam keanekaragaman.
Atheisme menolak keberadaan orang lain, menolak keberagaman, dan menganggap ideologinya paling benar. Itu tidak benar. Atheisme memaksakan kehendak dan menolak pandangan orang lain.
Sosialisasi, internalisasi nilai-nilai Pancasila, dan pembelajaran itu sesuatu yang harus kita lakukan terus. Manusia pada dasarnya berubah, generasi berganti. Maka sosialisasi Pancasila selalu harus dilakukan terus-menerus, dari generasi ke generasi.
Kita harus memberitahukan kepada generasi muda tentang nilai-nilai Pancasila yang harus dipegangdan diwujudnyatakan dalam hidup kita. Hidup yang berkualitas adalah hidup dengan memegang nilai-nilai, dalam hal ini nilai-nilai Pancasila.
Para orang tua berkewajiban menerangkan, mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda, anak-anak mereka sendiri. Itulah hidup yang berkualitas. * (Rika)
#MCN/RZ/RED
More Stories
Kantor Hukum Rahmat Aminudin & Rekan : Ucapkan Selamat Tahun Baru 2025
Musrenbangnas RPJM Tahun 2025-2029, Pj Gubernur Papua Barat: Masih Tinggi Ketergantungan Daerah Pada Pusat
Lantamal I Hadiri Acara Pembukaan Rakornas Pembangunan Daerah Se-Indonesia Tahun 2024