April 19, 2024

KETIKA KOMODO MENARIK BANYAK WISATAWAN, HARGA TIKET TAK MASALAH

Spread the love

NTT – MCN.com -Komodo sebagai spesies biawak terbesar yang masih hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di Flores, NTT, terus diburu turis domestik dan mancanegara. Goncang-ganjing seputar kenaikan harga tiket masuk tak menyurutkan kerinduan masyarakat untuk melihat dari dekat binatang langka itu.

Wisata Komodo, lalu, menjadi andalan utama Provinsi NTT. Komodo telah mendatangkan keuntungan ekonomis bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Didukung Presiden Joko Widodo, wisata komodo disejajarkan dengan Bunaken (Sulut) dan Raja Ampat (Papua).

Bagaimana binatang langka ini harus dilindungi agar tak terancam punah oleh tindakan manusia? Ini poin penting yang tengah diusahakan dengan program konservasi dari Pemda NTT.

Program konservasi itu disosialisasikan pertama-tama kepada masyarakat NTT, sebelum kepada yang lain. Tentu saja, NTT tak hanya memiliki komodo. Beberapa destinasi wisata juga ada di provinsi ini, yang bisa dikembangkan hingga mendatangkan keuntungan ekonomis dan spiritual lainnya. Beberapa pantai yang indah jadi daya tarik tersendiri, selain wisata budaya lainnya.

Kadal terbesar dunia ini atau komodo, memiliki tubuh yang besar dan panjang. Yang mengagumkan, komodo bisa hidup di sabana yang panas, juga ia hidup di pesisir pantai. Ia karnivora, yang menyukai bangkai binatang. Tak heran bila diduga air liurnya amat beracun dan mematikan. Setiap terkaman komodo tak bisa meloloskan sasarannya hidup lagi.

Komodo biasanya beraktivitas pada siang hari sampai sore. Komodo memiliki 60 gigi dan lidah yang panjang. Dia bisa menyelam hingga 4 meter dan berlari 20 kilometer per jam. Sejumlah karakter lain lagi yang dimilikinya membuat komodo jadi terkenal sebagai binatang langka yang dimiliki Indonesia saat ini.

Itulah yang membuat Bambang, seorang penyelam, beberapa kali mengunjungi Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Menurut Bambang, setiap orang yang datang ke Pulau Komodo hanya punya satu tujuan yaitu melihat komodo.

Dari beberapa pengalamannya, Bambang mengatakan, tidak selalu orang yang datang ke situ bisa melihat komodo, apalagi saat musim kawin binatang besar itu. Pada saat seperti itu, biasanya komodo menghilang di dalam lubang tempat tinggal mereka.

Bambang pernah mengalami bagaimana beberapa turis mancanegara kecewa tidak bisa melihat komodo. Walau demikian, tetap banyak orang yang datang ingin melihat biawak langka itu.

Bambang tidak tahu berapa banyak populasi komodo yang ada di Pulau Komodo dan Rinca. Walau sudah sampai ke Pulau Padar, tapi ia tak melihat komodo di situ. Melihat komodo di Pulau Komodo itu suatu pengalaman yang menarik dan berkesan.

Karena itu, Bambang berharap kenaikan harga tiket masuk harus bisa rasional, walau ia menyadari pentingnya konservasi komodo agar tak punah di tangan orang yang tak bertanggung jawab. Dia berharap tetap dibuka Taman Nasional Komodo itu bagi turis dan masyarakat.

Pemerintah Provinsi NTT konsisten mengutamakan konservasi, yang juga mencakup destinasi wisata yang ada di daerah itu. Tak sebatas itu, gagasan wisata holistik makin mengemuka ditiup para akademisi di daerah ini. Sebuah pendekatan menyeluruh (holistik) perlu menjadi cara pandang pembangunan di NTT. * (Rika)

#MCN/RZ-HN/RED